Minggu, 11 Mei 2008

TIPS MENGENDALIKAN TINGKAH LAKU KASAR ANAK

Oleh: Abubakar Baraja, Psi


Dendri sedang asyik nonton acara TV kesayangannya, seketika itu mamanya memanggil ingin mengajak ke rumah tantenya. Dendri dengan tidak menunjukkan reaksi terhadap panggilan mamanya. Sekali, dua kali, mamanya mulai memperlihatkan emosinya, akhirnya ....
Vira dengan santainya pulang sekolah melemparkan tas dan sepatu seenaknya, melihat dan memperhatikan tingkah anaknya sang bunda dengan santai memperingati untuk merapikannya, tapi ditampik dengan menginformasikannya: “Kan disitu tempatnya”, ia langsung masuk mengambil air minum tanpa menutup lagi lemari es, bundanya mulai menunjukkan ketidaksabarannya dan akhirnya .....
Mirna baru berusia 4 tahun, ada rencana untuk masuk sekolah taman kanak-kanak, bicaranya seperti anak usia 7 tahun. Suatu ketika tanpa awalan ia berujar kepada mamanya: “Mama bego, gak paham aku mau apa!?”, mendengar kata itu mamanya kaget dan terbengong mendengar kata-kata anaknya, yang selama ini rapi dan pandai seperti anak usia 7 tahun. Ternyata kejadian ini terus berulang setiap ia mempunyai keinginan yang mamanya tidak tahu apa yang dimintanya, ia akan mengatakan sesuatu yang tidak pantas diucapkan anak seusianya, akhirnya .....
Tedy selalu meminta mamanya melakukan apa yang ia inginkan, dimana dan saat yang bagaimana selalu permintaannya harus dituruti. Jika ada kata-kata: “Nanti...!”, “Sebentar...!”, atau “Yang lainnya aja ya!”, maka ia akan menunjukkan reaksi yang sangat tidak baik terhadap mamanya. Karena merasa malu dengan orang lain, akhirnya semua keinginan anaknya diikuti, hal ini menyebabkan mamanya tak berdaya terhadap perilaku anaknya ini .....
Sinta mulai naik kelas 2 SD, semula ia enjoy dalam kelas, setelah beberapa minggu, ia tidak mau masuk kelas tanpa ada mamanya di ruangan. Jika mamanya keluar, ia akan menangis dengan histerisnya yang membuat suasana kelas menjadi tidak nyaman, dan ini berlangsung terus hingga membuat mamanya tak berdaya .....
Dinda —bunda dari Ferial— sedang kedatangan tamu, tiba-tiba anaknya yang manis ini mendekati bundanya dengan sentakan: “Mana janji bunda? Sampai sekarang gak dilaksanakan. Bunda bohong lagi ya?! Pokoknya aku tidak mau... Harus sekarang dilaksanakan...!” Bunda dengan lemah lembut mengatakan: “Sabar ya nak. Nanti bunda laksanakan deh”. Dengan nada tinggi anaknya berujar dengan bahasa yang tidak pantas dilakukan anak seusia Ferial yang sekarang memasuki usia 8 tahun.
Beberapa keadaan diatas bukan suatu peristiwa fiksi, melainkan suatu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan keluarga yang mempunyai anak-anak yang sedang dalam proses perkembangannya —anak-anak yang menjadi korban lingkungan dan pola asuh yang bertentangan dengan kehidupan dirinya.
Setiap keluarga tidak menginginkan anak-anaknya bertingkah laku dan bersikap yang tidak menyenangkan orangtuanya, begitu juga membuat suasana rumah seperti pasar, yang membuat anggota keluarga lainnya tidak nyaman.
Rumah dambaan adalah rumah yang bebas dari perilaku kasar, tidak menurut dan sikap yang menentang, rumah yang bebas dari suasana yang tidak nyaman, pertentangan, perdebatan dan permusuhan. Oleh karena itu, bagaimana mengetahui kapan anak akan bertingkah laku dan bertindak kasar dan membangkang? Apakah hal itu wajar bagi anak yang seusianya dan mengapa ia melakukan semua itu?

Mengenali Sikap Membangkang dan Bertingkah Laku Kasar
Membangkang tidak sama dengan anak yang melakukan kekasaran atau bersikap kasar. Membangkang, anak hanya menolak setiap apa yang diperintah atau disuruh orang tua atau orang yang lebih besar. Dalam hal ini, anak tidak melawan ataupun berbuat sesuatu yang menentang atau menyerang. Sikapnya hanya sekedar menolak untuk sesaat yang nantinya ia akan melakukan perintah itu.
Penolakan terjadi karena anak sedang asyik melakukan sesuatu yang disukai, seperti sedang asyik bermain, sedang asyik nonton TV, sedang asyik belajar, atau keasyikan lainnya. Atau bisa jadi karena ada sesuatu yang belum terselesaikan dengan orangtuanya. Keasyikan atau kesenangannya ini yang menyebabkan ia menolak perintah atau suruhan orang tua atau orang yang lebih besar.
Sikap ini akan menjadi tingkah laku kasar bila sikap membangkang anak diter-jemahkan, dipersepsi atau diartikan oleh orang tua sebagai anak yang “tidak mau menurut”, “tidak sopan” atau “tidak patuh”. Karena dengan itu orang tua mulai meng-adakan penekanan dengan kalimat “harus” atau memaksakan anak untuk melakukan perintah itu, agar jangan menjadi kebiasaan atau keterusan.
Dengan paksaan dan penekanan ini, anak mulai mengadakan defensive (perta-hanan diri) dari segala sesuatu yang datangnya dari luar, atau ia akan menyerang orang tua lebih dahulu sebelum sikap orang tua yang menekan dan memaksa tersebut tiba dalam kehidupannya. Sebelum terjadinya defensive ini, anak berusaha menerima dengan sifat kecurigaan terhadap segala perintah, ajakan yang tidak menyenangkan dan yang tidak disukainya.
Adanya kesempatan untuk melakukan tindakan kasar dan ketidaksopanan ter-hadap orang tua maupun pada orang di sekitarnya. Sikap kasar yang membuat orang lain merasa tidak nyaman atau merasa terganggu akan dijauhi orang lain, baik kita sebagai orang tua maupun orang di sekitar lingkungan rumah.
Seorang anak yang dibiarkan berperilaku kasar di rumah, tidak disangsikan lagi akan bersikap yang sama di luar rumah. Akibatnya ia tidak dihargai oleh teman-temannya dan masyarakat di mana ia berada. Di rumah, si anak tidak dipedulikan oleh orang tua yang sudah angkat tangan dalam menghadapinya. Di sekolah, ia sebagai seorang anak yang menyulitkan sehingga dihindari, baik oleh teman-teman maupun orang dewasa.

Kiat Mengendalikan Anak Yang Sedang Membangkang

  1. Jika dipanggil diam saja, perhatikan anak sedang apa? Mulailah dengan yang menyenangkan anak saat muncul pembangkangan. Setelah dia beralih pandang dengan kita baru sampaikan apa yang kita inginkan.
  2. Usahakan untuk tidak memanggil atau melarang perbuatan anak dengan dua kali panggilan atau larangan, tunggu beberapa saat, jika tidak bisa, alihkan seperti point 1, kemudian sampaikan apa yang kita inginkan.
  3. Ciptakan suasana yang menyenangkan setiap kali bersama dengan anak, dengan penuh reaksi dan respon positif yang dilakukan anak.
  4. Tidak membicarakan kesalahan anak dengan berulang-ulang dalam suasana apapun.
  5. Memberikan respon dengan reaksi yang positif setiap kali bertemu dengan anak-anak, meskipun masih di dalam rumah, misalnya baru keluar dari kamar dan bertemu dengan anak, maka sapalah dengan respon yang menyenangkan.

Kiat Mengendalikan Anak Yang Bertingkah Laku Kasar (Kasarisme)

  1. Perhatikan perilaku kasarnya, apakah merusak dirinya, lingkungan atau kedua-nya, kemudian arahkan perhatian kita kepada satu tindakan yang akan kita lakukan.
  2. Lakukan tindakan yang telah kita arahkan, dengan nada yang tegas, tidak perlu menggunakan amarah dan pembahasan, cukup satu kalimat dan sampaikan dengan bahasa tubuh bahwa kita tidak suka perbuatan itu.
  3. Berikan konsekwensi atas perbuatannya tanpa ada negosiasi, kemudian kon-sisten terhadap konsekwensi perbuatannya. Untuk tidak melakukan perdebat-an, nasehat atau apa saja yang menyebabkan kebimbangan anak.
  4. Alihkan perhatikan pada masalah yang lain dan ciptakan suasana nyaman untuk masalah lain. Jika ia berusaha membahas masalah yang diambil tindakan, tetaplah dengan point 3.
    Karena stimulus (rangsangan) yang ada di lingkungan sekitar kita —baik dari media masa maupun elektronik, serta teman-teman sebaya, maupun dorongan keinginan orang tua untuk anak baik dan menjadi orang— sehingga kita lupa siapa anak kita. Perbedaan yang terjadi antara kita sebagai orang tua dan anak yang menerima keinginan tersebut, maka akan timbul suatu sikap yang menyebabkan saling menguasai, baik orang tua menguasai anaknya maupun anak menguasai orang tuanya.

Agar tidak terjadi fenomena tersebut diatas, maka kita pahami apa yang dinama-kan pembangkangan dan tingkah laku kasar, serta bagaimana mengendalikannya dengan kiat-kiat yang sangat sederhana ini. Rasanya tidak akan berhasil jika kita tidak benar-benar mempraktekkan bentuk pengendalian tingkah laku anak.
Bagi orang tua yang mempunyai anak-anak yang dalam perkembangannya berjalan dengan baik, usahakan untuk tetap bertahan. Dan bagi anak-anak mereka yang sudah terlanjur tercipta tindakan penolakan dan penentangan, berusahalah dengan pengendalian ini, semoga masa depan anak-anak menjadi harapan orang tua dan semuanya.
Demikianlah makalah yang sederhana ini kami tulis sebagai suatu bantuan untuk membimbing orang tua dalam mendengarkan Talk Show kami dengan tema “Kiat-Kiat Mengendalikan Tingkah Laku Kasar Anak”. Mudah-mudahan bermanfaat dan memuas-kan. Selamat menjalankan amanah dengan baik dan sukses dalam membimbing anak-anaknya.

1 komentar:

dr. Lutfi baraja mengatakan...

salam bloger

Ok...... terimakasih ats perhatiannya. Semoga bermanfaat

forum-sehat.blogspot.com